Monday, November 26, 2012

Pacar vs Orang Tua

Era modern seperti sekarang terkadang juga membawa dampak buruk ke remaja seusia sekolah, yang belum mengerti kehidupan, bagaimana susahnya mencari nafkah untuk keluarga.

Nasehat orang tua sering kali tidak kita hiraukan, tetapi perkataan pacar kita ikuti, maksude piye ngunu iku?
Lebih nurut ke pacar dari pada orang tua? Ke laut aje bro!



Orang tua berusaha keras menuruti apa yang kita mau, dari sekolah, sampai gadget yang saat ini kita pegang.

Dari gadget itu kita gunakan untuk berbuat maksiat, seperti berpacaran dan lain sebagainya?
Sadarkah kalian, dengan kelakuan kalian yang seperti itu cukup untuk mengantarkan orang tua kalian ke pintu neraka?

Mereka berusaha menyempatkan waktunya untuk kita disela-sela kesibukannya. Sesibuk apapun mereka, dalam hati kecil mereka selalu terpanggil untuk menjaga kita, namun terkadang mereka juga terkekang oleh keadaan, mereka harus berpikir keras bagaimana bekerja dan menjaga kita.

Demikan sekilas tentang orang tua, bagaimana balasan kita terhadap kedua orang tua yang sudah membesarkan kita?
Memaki2nya? Menghinanya di social media hanya karena masalah sepele?

Ya, mungkin mereka(orang tua) kebanyakan tidak mempunyai social media seperti kita, tapi apakah pantas menghina2 mereka di social media?

Untuk saat ini mungkin kalian menganggap hal itu sepele, tapi itu sebenarnya masalah yang serius, sadarlah dunia ini sudah terbalik!
Buka kedua matamu sebagaimana engkau pertama kali lahir di dunia ini! Jangan turuti hawa nafsumu!

Jangan kaget jika putra-putrimu nanti melakukan hal yang sama terhadap kalian wahai pemuda. Seperti itukah etika terhadap orang tua?
Tidak!
Pernahkah kalian belajar mengaji?
Dulu pernah? sekarang? aku yakin kebanyakan kalian yang merasa menghina orang tua sudah jarang menyentuh Kitab Suci Al Qur'an, boro2 ngaji kitab.

"Ridha Allah berada pada ridha orang tua"

"Apa yang orang tua kasih ke kita? gitu2 aja, dimarahin juga sering" | "Emang apa yang udah kamu kasih ke orang tua?"

Coba bayangkan sekenario sederhana ini :

  1. Di pagi hari, orang tua memarahi kalian karena suatu sebab, kemudia kalian memposting kata2 kotor tentang orang tua di social media. Ketika di sekolah, tiba-tiba ada telepon masuk dengan nomor orang tua, karena asyik bercanda dengan teman2, kalian tidak mengangkat telepon itu. kemudian kalian pulang, di sekitar rumah sudah ramai, banyak orang2 berpakaian serba putih. Kemudian kalian tersadar yang terbaring di rumah kalian adalah ibu kalian, ibu yang sudah membesarkan kita selama ini. terbaring kaku menunggu antaran kalian ke peristirahatan terakhirnya.
  2. Di pagi hari, kalian memposting kata2 yang 'tidak enak' di social media tentang orang tua. kemudiann kalian berangkat, di jalan kalian mengalami kecelakaan parah. Siapa yang pertama kali menjenguk kalian di rumah sakit tempat kalian di rawat? ORANG TUA!
Setiap perbuatan pasti ada balasannya!
Bukan sekarang tapi nanti, wahai bocah2 ababil bertobatlah dan ciumlah kaki kedua orang tuamu!

Kisah tentang anak kecil dan pohon apel
Suatu ketika, hiduplah sebatang pohon apel besar dan anak lelaki yang senang bermain-main di bawah pohon apel itu setiap hari. Ia senang memanjatnya hingga ke pucuk pohon, memakan buahnya, tidur-tiduran di keteduhan rindang daun-daunnya. Anak lelaki itu sangat mencintai pohon apel itu. Demikian pula pohon apel sangat mencintai anak kecil itu.

Waktu terus berlalu, anak lelaki itu kini telah tumbuh besar dan tidak lagi bermain-main dengan pohon apel itu setiap harinya.

Suatu hari ia mendatangi pohon apel. Wajahnya tampak sedih. “Ayo ke sini bermain-main lagi denganku,” pinta pohon apel itu. “Aku bukan anak kecil yang bermain-main dengan pohon lagi,” jawab anak lelaki itu. “Aku ingin sekali memiliki mainan, tapi aku tak punya uang untuk membelinya.” Pohon apel itu menyahut, “Duh, maaf aku pun tak punya uang… tetapi kau boleh mengambil semua buah apelku dan menjualnya. Kau bisa mendapatkan uang untuk membeli mainan kegemaranmu.”, Anak lelaki itu sangat senang. Ia lalu memetik semua buah apel yang ada di pohon dan pergi dengan penuh suka cita. Namun, setelah itu anak lelaki tak pernah datang lagi. Pohon apel itu kembali sedih.

Suatu hari anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel sangat senang melihatnya datang. “Ayo bermain-main denganku lagi,” kata pohon apel. “Aku tak punya waktu,” jawab anak lelaki itu. “Aku harus bekerja untuk keluargaku. Kami membutuhkan rumah untuk tempat tinggal. Maukah kau menolongku?”, “Duh, maaf aku pun tak memiliki rumah. Tapi kau boleh menebang semua dahan rantingku untuk membangun rumahmu,” kata pohon apel. Kemudian anak lelaki itu menebang semua dahan dan ranting pohon apel itu dan pergi dengan gembira. Pohon apel itu juga merasa bahagia melihat anak lelaki itu senang, tapi anak lelaki itu tak pernah kembali lagi. Pohon apel itu merasa kesepian dan sedih.

Pada suatu musim panas, anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel merasa sangat bersuka cita menyambutnya. “Ayo bermain-main lagi deganku,” kata pohon apel. “Aku sedih,” kata anak lelaki itu. “Aku sudah tua dan ingin hidup tenang. Aku ingin pergi berlibur dan berlayar. Maukah kau memberi aku sebuah kapal untuk pesiar?” “Duh, maaf aku tak punya kapal, tapi kau boleh memotong batang tubuhku dan menggunakannya untuk membuat kapal yang kau mau. Pergilah berlayar dan bersenang-senanglah .” 
Kemudian, anak lelaki itu memotong batang pohon apel itu dan membuat kapal yang diidamkannya. Ia lalu pergi berlayar dan tak pernah lagi datang menemui pohon apel itu.

Akhirnya, anak lelaki itu datang lagi setelah bertahun-tahun kemudian. “Maaf anakku,” kata pohon apel itu. “Aku sudah tak memiliki buah apel lagi untukmu.” “Tak apa. Aku pun sudah tak memiliki gigi untuk mengigit buah apelmu,” jawab anak lelaki itu. “Aku juga tak memiliki batang dan dahan yang bisa kau panjat,” kata pohon apel. “Sekarang, aku sudah terlalu tua untuk itu,” jawab anak lelaki itu. “Aku benar-benar tak memiliki apa-apa lagi yang bisa aku berikan padamu. Yang tersisa hanyalah akar-akarku yang sudah tua dan sekarat ini,” kata pohon apel itu sambil menitikkan air mata. “Aku tak memerlukan apa-apa lagi sekarang,” kata anak lelaki. “Aku hanya membutuhkan tempat untuk beristirahat. Aku sangat lelah setelah sekian lama meninggalkanmu. ” “Oooh, bagus sekali.. Tahukah kau, akar-akar pohon tua adalah tempat terbaik untuk berbaring dan beristirahat. Mari, marilah berbaring di pelukan akar-akarku dan beristirahatlah dengan tenang.”
Anak lelaki itu berbaring di pelukan akar-akar pohon. Pohon apel itu sangat gembira dan tersenyum sambil meneteskan air matanya.

Ini adalah cerita tentang kita semua… Pohon apel itu adalah orang tua kita. Ketika kita muda, kita senang bermain-main dengan ayah dan ibu kita. Ketika kita tumbuh besar, kita meninggalkan mereka, dan hanya datang ketika kita memerlukan sesuatu atau dalam kesulitan. Tak peduli apa pun, orang tua kita akan selalu ada di sana untuk memberikan apa yang bisa mereka berikan untuk membuat kita bahagia.

<EOF>
by Alfiyan
Senin, 26 November 2012

0 komentar:

Post a Comment

 
;